Beranda | Artikel
Pelajaran dari Kaum Nabi Luth: Ketika Racun LGBT Merebak
Jumat, 18 Oktober 2019

At-Tauhid Edisi 16/07

Dosa kaum Nabi Luth ‘alaihissalam, -suatu hal yang belum pernah ada sebelumnya-, Allah abadikan dalam firman-Nya :

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’” (Q.S. Al-A’raf : 80)

Kalau Allah ‘Azza wa Jalla tidak berkisah kepada kita tentang Luth, maka aku tidak menyangka ada laki-laki berhubungan dengan laki-laki”. (Perkataan Al-Walid bin Abdul Malik dikutip dari Tafsir Al-Qur’anul Azhim)

Perilaku mereka yang dijelaskan dalam Al-Qur’an :
1. Mengancam orang-orang yang berbeda dengan mereka.
2. Melakukan pengusiran terhadap orang yang tidak cocok dengan mereka.
3. Mencoba memerkosa tamu-tamu Nabi Luth ‘alaihissalam.

Dukungan yang terbaik : Dorongan agar mereka sembuh dan mau mengonsultasikan penyimpangan mereka ke psikiater atau pihak kompeten lainnya.

Dewasa ini, isu gay, homoseksual, dan lesbian, kembali ramai. Hubungan yang dulu dianggap jijik dan kotor itu, kini dipaksa dinilai normal dan manusiawi. Para pelaku berjuang agar hubungan mereka legal dalam pernikahan. Sungguh ini mengancam keberlangsungan manusia.

Padahal tahun 1950, tidak ada satu pun negara yang melegalkan dosa warisan kaum Nabi Luth ini. Namun dunia berubah begitu cepat. Amerika telah mengesahkan pernikahan ini sejak tahun 2015 lalu. Kemudian tahun ini diikuti oleh belasan atau bahkan puluhan negara lainnya. Brazil lebih “hebat” lagi. Mereka menjadi salah satu yang terdepan, pernikahan gay telah disahkan sejak tahun 2011 di negeri samba itu.

Isu Minoritas dan Diskriminasi

Dalam kondisi minoritas, kaum gay memposisikan diri sebagai orang-orang yang dizalimi. Berharap perhatian dan dihargai. Kata mereka, keluarga dan masyarakat telah memperlakukan mereka tidak adil. Datanglah pembelaan dari oknum-oknum aktivis HAM (Hak Asasi Manusia), yang asal membela saja, tanpa mengenal fitrah manusia.

Islam tetap konsisten, kebenaran tidak diukur oleh jumlah. Yang banyak bisa jadi benar, bisa pula berlaku zalim. Yang sedikit bisa saja berpegang teguh dengan kebenaran, dan belum tentu pula selalu benar. Kebenaran adalah apa yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dosa Warisan Kaum Luth

Orang-orang yang pertama kali melakukan dosa homoseksual adalah kaum Nabi Luth ‘alaihissalam. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya),

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’” (Q.S. Al-A’raf : 80).

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Q.S. Al-A’raf : 81).

Khalifah Bani Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik rahimahullah, mengatakan, Kalau Allah ‘Azza wa Jalla tidak berkisah kepada kita tentang Luth, maka aku tidak menyangka ada laki-laki berhubungan dengan laki-laki”. (Tafsir al-Quran al-Azhim).

Jangankan al-Walid bin Abdul Malik, Nabi Luth yang hidup di tengah kaum gay ini dan menyaksikan langsung perbuatan mereka, pun merasa heran. Beliau ‘alaihissalam mengatakan,

Apakah kalian patut mendatangi laki-laki?” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 29).

Demikianlah fitrah yang Allah berikan kepada orang-orang salih dan memiliki kehormatan.

Ketika Kaum Gay Menjadi Mayoritas

Jika kita perhatikan sejarah, sekelompok orang atau kaum akan terlihat watak aslinya ketika mereka memiliki power. Apakah mereka menggunakan kekuatan yang mereka punya untuk kebaikan ataukah untuk keburukan?

Kita lihat orang-orang Yahudi. Mereka mengemis kepada rakyat Palestina saat pertama kali datang ke sana. Mereka bentangkan spanduk di kapal-kapal yang membawa mereka berlabuh di tanah Kan’an. Mereka mengharap masyarakat Arab, khususnya Palestina, tidak mengecewakan mereka sebagaimana orang-orang Jerman telah melakukannya. Sekarang? Dunia pun kehabisan cara menyembunyikan kekejaman mereka.

Kita juga saksikan minoritas orang-orang Syiah di negeri ini, merasa dizalimi sebagai minoritas. Bacalah apa yang dilakukan Daulah Fatimiyah (Ubaidiyah). Lihatlah apa yang terjadi di Irak dan Suriah. Mereka menampakkan keasliannya.

Cara yang sama dipakai oleh kaum gay. Menjerit mengaku terdzalimi saat mereka sedikit. Saat mereka banyak? Mereka menyiksa, mengancam, bahkan memperkosa kaum laki-laki.

Al-Quran telah bercerita tentang mereka. Mereka usir orang-orang yang menentang mereka. Mereka sebut yang mengingatkan mereka sebagai orang-orang “sok suci”. Di antara perbuatan mereka:

1) Melakukan pengancaman

Saat minoritas mereka menuntut toleransi. Namun saat mayoritas, mereka mengancam orang-orang yang berbeda dengan mereka.

Mereka menjawab, ‘Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir’. (Q.S. Asy-Syu’ara : 167).

2) Melakukan pengusiran

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri’”. (Q.S. Al-A’raf : 82).

Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan, ‘Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih’.” (Q.S. An-Naml : 56).

Jadi, lagu lama para pembela kebatilan adalah menuduh orang-orang baik dengan “sok suci”.

3) Mencoba memerkosa tamu-tamu Nabi Luth

Setelah mereka mengetahui di rumah Nabi Luth ‘alaihissalam ada beberapa orang laki-laki tampan, mereka bersegera datang ke sana. Bahkan mendobrak pintu rumah, untuk menjumpai para tamu, dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata, ‘Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeri)ku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?’” (Q.S. Hud : 78).

Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.” (Q.S. Al-Qamar : 37).

Saya yakin, laki-laki pembela LGBT pun tidak mau diperkosa oleh kaum gay.

Penutup

Di antara kebohongan para pembela kebatilan adalah tuntutan kesetaraan, penghargaan, dan toleransi. Padahal merekalah orang-orang yang tidak menoleransi orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka. Contoh sederhananya, ketika Anda mengkampanyekan anti LGBT di media sosial, maka pendapat Anda tidak akan diterima, Anda akan diblokir. Atau dengan kata lain diusir dari komunitas media sosial tersebut.

Perilaku kaum Nabi Luth tidak layak mendapat dukungan. Dukungan yang terbaik untuk mereka adalah dorongan agar mereka sembuh dan mau mengkonsultasikan penyimpangan mereka ke psikiater atau pihak-pihak kompeten lainnya.

Daftar Pustaka:
– Al-Khamis, Muhammad bin Utsman. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf li an-Nasyr wa at-Tauzi’
– Al-Katsir, Ibnu. Tafsir al-Quran al-Azhim: http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=526&idto=526&bk_no=49&ID=535

Penulis : Ustaz Nurfitri Hadi, M.A. Disadur dari laman www.KisahMuslim.com dengan penyuntingan minor


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/bt1607/